Islam Itu Cinta
Oleh : Listya Wibawanti
Oleh : Listya Wibawanti

Pengarang : Helvy Tiana Rosa
Penerbit : AsmaNadia Publishing House
Kota terbit : Depok
Tahun terbit : 2015
Cetakan : 10
Jumlah halaman : xiv + 258 halaman
Nomor ISBN : 978-602-96725-3-4
Pembaca akan ikut terbawa suasana dalam cerita tersebut. Melalui tokoh Mas Gagah yang terdapat dalam novelnya bisa menjadi role mode remaja Indonesia. Di tengah krisis moral yang tengah terjadi di Indonesia, novel “Ketika Mas Gagah Pergi” mengajak pada kepedulian, cinta, dan nilai-nilai Islam tanpa adanya unsur menggurui. Pembaca akan merasa tercerahkan dan berubah ke arah yang lebih baik setelah membaca novel tersebut.
Novel ini menceritakan tentang seorang gadis belia, Gita Ayu Pratiwi yang sangat dekat dengan saudara kandung satu-satunya, Gagah Prawira Pratama, biasa dipanggil Mas Gagah adalah mahasiswa Teknik Sipil Universitas Indonesia semester tujuh. Gita sangat bangga dan menyukai kakaknya tersebut karena sosoknya yang sangat baik, cerdas, tidak pernah meninggalkan shalat, periang dan tentu saja ganteng. Menurutnya tidak ada yang tidak menyukai Mas Gagah, dari keluarga, nenek atau kakek, orang tua dan adik kakak teman-temannya menyukai sosok “Mas Gagah” tersebut.
Kedekatan Mas Gagah dan Gita berubah ketika Masnya pulang dari Madura. Mas Gagah bertemu dengan seorang Kiai yang membawanya menjemput hidayah Allah. Mas Gagah yang dulu suka jalan-jalan, nonton music, selalu berpenampilan modis, humoris, dan pencinta music rock benar-benar berubah. Bahkan Gita yang merupakan cewek tomboy yang sangat cuek penampilannya mulai merasa aneh ketika Masnya sudah tidak mau bersalaman dengan perempuan. Mas Gagah sekarang juga sering mendengarkan senandung nasyid Islami, membaca buku-buku Islam dan bahkan sering menceramahi Gita. Inilah Gita, salah satu dari banyaknya remaja yang dalam masa pencarian jati diri. Ia menganggap apa yang dilakukan Mas Gagah adalah suatu yang aneh. Ia merasa kehilangan sosok Mas Gagah yang selalu ia banggakan. Sampai pada saat ia mulai belajar memahami tentang kebiasaan baru Masnya dengan membaca buku dan berdiskusi. Perlahan ia merasa hidayah mulai menghampirinya, dan Mas Gagah yang sempat hilang ia rasakan telah kembali. Kehendak Allah berbicara lain. Mas Gagah yang sedang pergi mengemban dakwah meninggal dunia dikarenakan bentrok massa. Ia benar-benar kehilangan sosok Mas Gagah kebanggaannya itu.
Satu tahun kemudian Gita mulai bisa mengikhlaskan kepergian sosok Mas Gagah. Namun, ketika ia mulai mengikhlaskan, ia bertemu dengan sosok lelaki yang selalu mengenakan kemeja kotak-kotak. Hampir disetiap kesempatan ia selalu bertemu dengan sosok tersebut, di bus, gerbong kereta api, restoran, Universitas Indonesia sampai panti-panti. Lelaki berkemeja kotak-kotak tersebut sering berdiri diantara kerumunan orang banyak dan menyampaikan pesan-pesan kebaikan. Sampai akhirnya Gita ingin mengetahui tentang lelaki itu. Lama setelah kejadian tersebut, Gita sudah tidak pernah bertemu dengan sosok lelaki berkemeja kotak-kotak, sosok yang mempunyai andil dalam keislaman Gita. Gita telah menjadi mulimah sejati dan ia berniat ingin mencari pekerjan setelah lulus kuliah. Gita mulai mencari pekejaan walau ayahnya mempunyai perusahaan sendiri karena ia ingin belajar menjadi sosok yang mandiri. Ketika ia mendapat pekerjaan dan mulai melakukan wawancara, ia bertemu dengan sosok yang ia tak pernah sangka sebelumnya. Si Kemeja Kotak-Kotak, yang merupakan direktur di tempatnya melamar pekerjaan.
Ketika selesai melakukan wawancara dan hendak pulang, Gita melihat sosok Yudhistira alias Si Kemeja Kotak-Kotak naik ke dalam bus. Sosok itu kembali menyebarkan kebaikan, walaupun sosok tersebut merupakan seorang Direktur. Dalam senja yang remang-remang, Gita kembali melihat sosok Mas Gagah yang menunggu bus. Wajah Mas Gagah yang cerah. Sayangnya cover buku ini perpaduan warnanya kurang.
Isi dari novel “Ketika Mas Gagah Pergi” sangat bagus karena mengandung nilai-nilai kebaikan yang mendidik. Diantaranya adalah kasih saying kepada sesama, keberanian menegakkan kebenaran. Ceritanya yang terlalu singkat dan kurang detail. Karakter dan penokohannya kuat. Awalnya pembaca akan terheran-heran dengan judul novel “Ketika Mas Gagah Pergi” karena terdengar aneh. Karena bahasanya yang mudah dipahami novel ini cocok dibaca untuk para remaja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar